Kamis, 07 Juli 2011

Kokoro no Uta (Part 2/?)

Title : Kokoro no Uta
Author : Ffe Marionette
Genre : Romance, Friendship
Cast : Morimoto Ryutaro, Suzuka Hotaru, Fukuda Kanon, Kikuchi Fuma
Summary : Kisah cinta yang rumit antara keempat anak diatas :p

oiya, tulisan italic berarti flashback =))

Kokoro no Uta (2)

“Ryu-chan..” Hotaru berjalan menghampiri Ryutaro.
“Hm?” Ryu menoleh pelan. Entahlah, suasana hatinya sedang tidak enak sekarang.
“Anoo.. mungkin.. mungkin mulai hari ini aku akan pulang dengan—“ kata-kata Hota terpotong, “Fuma? Oke, tak apa kok.” Ryu memalingkan wajahnya, sedikit kesal.

“Ryu, itu..”
“Daijobu. Santai saja.” Kata Ryu lagi sambil mengusap kepala Hota dan kemudian berjalan pergi meninggalkan gadis itu.

Ryu duduk di bangku taman sekolah yang sepi. Taman yang memang tak selalu ada pengunjungnya itu menjadi tempat favorit Ryu untuk menyendiri. Ia terdiam menatap langit yang begitu cerah. Indah sekali. Sebuah tepukan lembut di bahu kirinya membuatnya menoleh secara naluriah. Kanon.
Gadis ini lagi, pikir Ryutaro. Padahal ia sedang ingin sendirian.

“Bagaimana?” tanya Kanon seraya ikut duduk disamping Ryu.
“Apanya?” Ryu bertanya balik.
“Tentu saja tentang Hotaru..” jelas Kanon. Ryu tersenyum kecut dan kembali mendongakkan kepalanya.
“Entahlah, sepertinya aku.. kau tau, aku.. tidak akan mengatakannya padanya.” Kata Ryu kemudian.
“Ryu, ayolah. Tatap aku.” Kata Kanon sembari memegang pipi ryu dengan kedua tangannya, memaksanya untuk melihatnya.

“Ryu..” Ryu merasakan sesuatu yang berbeda saat Kanon menyentuhnya, dan.. wajahnya begitu dekat dengan wajah gadis itu.
“Ikuti kata-kataku.” Pinta Kanon. “Aku.. pasti.. bisa.. mengatakannya.” Ucap Kanon perlahan dan Ryu pun mengikutinya.
“Ne? Kau harus percaya diri.” Katanya lagi.
“Nande?”
“Hm?”
“Kenapa kau mau membantuku?”
“Karena.. aku tak ingin membuatmu murung lagi. Dan aku percaya bahwa mereka berdua belum pacaran.” Kanon menyunggingkan sebuah senyuman. Ryutaro terdiam.

“Ryu, aku tau Hotaru juga menyukaimu.” Kanon menggenggam erat kedua tangan Ryutaro untuk memberi semangat. Tapi ia tidak menyadari bahwa, yah.. tindakannya ini membuat Ryu sedikit.. tertarik padanya.
Ryu pun teringat akan genggaman itu, genggaman milik sahabatnya dulu..


“Ryu-chan, hati-hati! Nanti kau bisa jatuh!” Hotaru terus memanggil-manggil nama Ryu yang berusaha mengambil topinya yang diterbangkan angin di tepi jurang.
“Tapi topimu tersangkut! Jangan khawatir! Aku bisa—“ Ryutaro salah mengambil pijakan dan tangannya menggapai udara kosong..
“RYU-CHAAN!!” Hotaru menggenggam erat tangan Ryutaro agar jangan sampai terjatuh lebih dalam.
“Lepaskan tanganmu! Kau bisa ikut jatuh!” Ryutaro tak ingin mencelakakan Hotaru juga. Sudah cukup ia saja yang terjatuh. Ryu berpikir bahwa lebih baik jika dirinya mati daripada Hota yang harus mati.
“Tidak akan kulepaskan!” Hotaru mempererat genggamannya dan berteriak meminta tolong.





Ryutaro masih terdiam menatap wajah lembut Kanon. Ia memalingkan wajahnya cepat, sadar bahwa sekarang pipinya tengah merona.
“Ryu..”
“Aku.. tidak akan mengatakannya.” Kata Ryu akhirnya. Kanon tampak terkejut, tetapi kemudian ia mengangguk.
“Yasudah kalau begitu.. daijobu, tapi berjanjilah padaku untuk tidak murung lagi. Tetaplah menganggap Hota sebagai sahabatmu, dia membutuhkanmu, jangan tinggalkan dia.” Pesan Kanon sembari memeluk Ryu. Lelaki itu tertegun dan sesaat kemudian ia membalas pelukan itu. Hangat, pelukan itu terasa begitu hangat.


“Ryu..—“


Ryu berjalan dengan malas menuju kelasnya pagi itu. Ketika melewati kelas Hota, ia bisa melihat dengan jelas bahwa gadis itu sedang asyik mengobrol dengan Fuma.
“Sepertinya dia sudah benar-benar melupakanku. Bahkan tadi pagi dia berangkat duluan tanpa bilang padaku..” gerutu Ryu dalam hati.
“Kalau kau berniat melupakanku, akupun juga akan melupakanmu.” Pikirnya lagi seraya meletakkan tasnya di meja.

“Ohayou Ryu-chan.” Sapa Kanon yang duduk di sebelahnya.
“Ohayou Kanyon.” Balas Ryu singkat.
“Oh iya tadi Hota mencarimu..” kata Kanon.
“Ah, iya tadi sudah ketemu kok.” Kata Ryu berbohong. Ia tak ingin mendengar tentang Hotaru untuk sementara ini.
Kanon tersenyum padanya dan Ryu membalas senyuman itu. Begitu menyenangkan melihat Kanon yang sedang tersenyum. Wajahnya yang lucu jadi terlihat begitu menggemaskan.

“Ya, akupun akan melupakanmu, Suzuka Hotaru..” kata Ryu dalam hati.
Saat makan siang, Ryu mengajak Kanon untuk makan bersama.
“Tidak mengajak Hota?” tanya Kanon. Ryu menggeleng dan berkata, “Iie, dia sudah bersama teman-temannya.”

“Hontou?” Kanon melirik ke arah pintu kelas dan kemudian memandang Ryu dengan bingung.

“Ryu, kau berjanji padaku agar tetap bersahabat dengan Hota, ne?” Kanon menatap Ryu yang sudah mulai menyantap bentonya.
“Tentu saja. Bagaimanapun juga selamanya ia akan tetap menjadi sahabatku.” Jawab Ryutaro santai.


~suzuku~

Selasa, 05 Juli 2011

Kokoro no Uta (Part 1/?)

Title : Kokoro no Uta
Author : Ffe Marionette
Genre : Romance, Friendship
Cast : Morimoto Ryutaro, Suzuka Hotaru, Fukuda Kanon, Kikuchi Fuma
Summary : Kisah cinta yang rumit antara keempat anak diatas :p

oiya, tulisan italic berarti flashback =))
Kokoro no Uta
    
“Hota-chan ayo pulang..” kata Ryu dari arah pintu kelas.
“Hai, chotto..” Hotaru segera membereskan buku catatannya dan kemudian berlari kecil menghampiri sahabat karibnya. Ryu menggandeng tangan Hota dan berjalan pulang bersama.

Sepanjang perjalanan seperti biasa mereka mengobrol panjang lebar. Mereka berbeda kelas, tetapi berangkat dan pulang sekolah selalu bersama-sama dan saat istirahat pun mereka selalu berdua. Persahabatan itu dimulai ketika Hotaru menolong Ryutaro yang sedang diganggu anak-anak nakal.

“Cup cup, anak laki-laki tak boleh menangis!”
“Tapi aku takuut…”
“Kalau begitu, mulai sekarang aku akan menjagamu!”

Begitulah, memang dulu saat masih kecil Ryutaro itu lemah dan sering diganggu, hingga ia bertemu dengan Hotaru yang kelakuannya seperti preman, ia bertekad untuk menjadi lebih kuat dari Hota agar kelak bisa melindunginya. Ia tak ingin dilindungi olehnya lagi, ia tak mau terlihat lemah.

“Ryu-chan, terimakasih sudah mau menjadi sahabatku..” kata Hotaru tiba-tiba. Ryutaro tersenyum tipis mendengarnya dan kemudian mengacak pelan rambut gadis itu. “Tentu saja.” Katanya pelan.

“Ngomong-ngomong, kau ini tinggi sekali ya! Sial, padahal dulu kau itu pendek sekali! Bahkan aku lebih tinggi darimu! Tapi lihatlah kau sekarang.” Hotaru tersenyum memandang sahabatnya yang sekarang terlihat berbeda.

“Kau sudah lebih kuat dariku, Ryu.. Tapi.. apakah kau tetap mau untuk bersahabat denganku?” tanya Hota. Ryutaro tertawa pelan dan merangkul pundak Hotaru. “Kau bodoh, tentu saja aku tak keberatan untuk terus menjadi sahabatmu.” Jawab Ryutaro.
“Kita bersahabat selamanya ya!” Hotaru membalas rangkulan Ryutaro dan mereka tertawa bersama.

Hari berikutnya..

Istirahat siang ini Ryutaro menyendiri di pinggir lapangan sepak bola dengan pikiran tak menentu. Ia menyukai Hotaru, sangat menyukainya. Tetapi gadis itu sulit ditebak, membuatnya ragu untuk menyatakan perasaannya. Setiap akan megatakannya, Hota selalu mengucapkan kata ‘sahabat’.

“Apakah hubunganku dengannya selamanya adalah sebagai sahabat? Dia hanya menganggapku sahabat, ne? Tidak bisakah yang lebih dari itu?” pikir Ryutaro.

“Ryu-chan?” panggil sebuah suara. Ryu menoleh dan mendapati seorang gadis berambut panjang bergelombang tengah berdiri di belakangnya. “Kanyon.” Sambut Ryutaro sembari tersenyum pada teman sekelasnya, Fukuda Kanon, yang biasa dipanggil Kanyon.

“Doushite?” tanya Kanon yang kemudian mengambil tempat disamping Ryu. Ryu hanya menggeleng lemah. Kanon terdiam sejenak.
“Hei, sebaiknya kau katakan saja pada Hotaru, daripada menyesal.” Kalimat yang baru saja tercelat dari mulut Kanon sontak membuat Ryu mendongakkan kepalanya kaget.
“Ayolah, semua orang tau kalau kau menyukainya.” Kata Kanon lagi.
“Heee??? Hontou??? Semua orang???” Ryutaro masih kaget. Kanon mengangguk dan tertawa.
“Kelihatan sekali dari caramu menatap dan memperlakukan Hotaru. Aku tau dia spesial bagimu.” Jelas Kanon.
“Souka, demo.. dia hanya menganggapku sebagai sahabat, tidak lebih..” kata Ryutaro masam.
“Apa itu? Kau kan belum mencobanya! Kenapa sudah menyerah duluan? Aku tak ingin kusebut pengecut kan?” protes Kanon.
Ryutaro terbelalak. Benar juga. Ia belum mencoba tapi sudah merasa kalah duluan, sama saja seperti pecundang.

“Aku akan mendukungmu.” Kanon menghibur. Ryutaro menatap Kanon dan tersenyum lega.
“Arigatou, Kanyon. Aku akan mengatakannya hari ini.” Kanon tersenyum mendengarnya dan memukul pelan pundak Ryutaro. “Nah, begitu dong!”
“Anoo.. bisakah kau membantuku berlatih mengatakannya?” pinta Ryutaro.
“Tentu saja. Ayo, anggap saja yang ada dihadapanmu ini adalh Hotaru.” Kanon mengiyakan.
“Baiklah. Anoo.. Hota-chan, aku ingin kau tau bahwa kau bagaikan..” kata-kata Ryu dipotong oleh Kanon.
“Jangan meggombal! Hotaru tidak suka laki-laki yang menggombal ne?”
“Ah, iya juga. Yosh! Hmm, Hota-chan.. sebenarnya dari dulu aku sudah menyukaimu, dan sekarang perasaan itu telah menjadi sebuah cinta.. Etto.. maukah kau menjadi pacarku?” Ryu mencoba sekali lagi.
Kanon tersenyum dan mengusap kepala Ryu sembari berkata, “Bagus, bagus..”

Saat pulang sekolah Ryutaro segera menemui Hotaru.

“Hota-chan, ada yang ingin kubicarakan..” kata Ryutaro sedikit gugup.
“Oh iya Ryu, hari ini aku pulang bersama temanku, kau pulanglah duluan, Fuma memanggilku.” Kata Hotaru cepat.
“Eh, tapi aku ingin mengatakan sesuatu..!” kata Ryutaro.
“Nanti aku akan meneleponmu, sudah dulu ya, jaa!” jawab Hotaru singkat yang kemudian segera berlari ke arah Fuma, teman sekelasnya.
Ryutaro cemberut dan mengikuti mereka berdua. Dari jendela koridor ia bisa melihat bahwa Fuma mengajak Hotaru ke taman belakang sekolah. Fuma tampak mengatakan sesuatu pada Hotaru, tetapi tak jelas apa. Entahlah, tetapi Ryu berpikir bahwa Fuma menembak Hota. Sesaat setelah Fuma bicara, Hota mengangguk dan lelaki itu langsung memeluknya.

Ryutaro yang melihat semua itu spontan mengepalkan tangannya dan memukul dinding di sampingnya.
“Siaaaal!!” jeritnya kesal.
“Ryu-chan? Ryu-chan doushite yo??” Kanon berlari menghampiri Ryutaro yang berteriak-teriak sendiri.
“Kanyon.. aku sudah gagal!!” jerit Ryutaro algi.
“Kau ditolak??” tanya Kanon kaget. Setahunya Hotaru juga menyukai Ryu.
“Secara tak langsung. Aku melihat Fuma menembak Hota dan sepertinya ia menerimanya! Aaah!” Ryutaro kembali memukul-mukulkan tangannya di tembok yang sama.

“Ryu-chan.. kau yakin Hota menerimanya?” tanya Kanon.

“Tentu saja, mereka berpelukan!” kata Ryutaro yang semakin kesal.
“Ryu-chan…” Kanon menatap Ryu dengan iba dan kemudian menepuk-nepuk pundaknya, berusaha menghibur.

“Aku sudah benar-benar gagal..” desis Ryutaro.
“Tidak, kau masih bisa melakukannya. Walaupun nantinya ia akan menolakmu, setidaknya beban yang ada padamu bisa sedikit berkurang, ne?” kata Kanon sembari tersenyum.
Ryutaro menatap Kanon yang sedang tersenyum. Begitu manis. Dan hal itu mengingatkannya pada senyuman Hota yang selalu bisa menyejukkan hatinya.

Perlahan Ryutaro membalas senyuman itu.

~suzuku~bersambung~to be continue~
hope u like it, nee~ :3

With My Little Sister

Title : With My Little Sister
Author : Ffe Marionette
Genre : General, romance, comedy
Cast : Arioka Daiki, Suzuka Hotaru, Morimoto Ryutaro

    Haha! Jangan salah ya! Saya memang pernah memakai nama Suzuka Hotaru di fanfic saya yang berjudul In The Rainy Days, tapi Hotaru disini lain. Mereka ‘orang yang sama namun jiwanya berbeda’, kayak di Tsubasa Reservoir sama xxxHolic gitu. Begitu juga Ryutaro, dia beda. Saya cinta Ryutaro *ga nyambung*
    Ya gitu deh. Ga mudeng? Makanya baca xxxHolic! Hahaha..

Ffe Marionette


With My Little Sister
Yo, namaku adalah Arioka Daiki, kakak dari Hotaru. Marga kami memang beda, tapi kami memang saudara kandung. Aku sih nurut aja sama yang bikin fanfic ini. Dia ngotot gamau ngerubah nama jadi Arioka Hotaru, katanya kerenan kalo Suzuka. Dasar author ga kreatip. Yasudah, kita abaikan saja si author itu. Lebih baik kalian dengerin curhatku tentang adik perempuanku yang sedang menginjak usia 14 tahun itu.
   
Sore itu sepulang sekolah, Hota kelihatan berseri-seri, aneh sekali karena dia biasanya judesnya minta ampun. Ketika kutanya, dia cuma menjawab, “Cinta itu indah” dan terus menerus tersenyum tanpa henti. Setelah makan malam, aku mampir ke kamarnya untuk mengobrol seperti biasanya.
    “Kamu gamau cerita ke niichan nih?” kataku membujuk.
    “Kan tadi udah bilang kalau aku habis ditembak cowok yang  aku sukai..” balas Hota santai.
    “Iya, tapi siapa?” tanyaku.
“Ga! Nanti pasti niichan ga setuju!” jawab Hota judes.
“Oh, gitu ya, sekarang main rahasia-rahasiaan sama niichan sendiri..” kataku kesal.
“..Beneran mau tau..? Enggak nyesel..?” kata Hotaru.
“Siapa..? Niichan janji ga bakal marah deh..” bujukku lagi.
“Itu lho.. Kakak kelasku di sekolah.. namanya Morimoto Ryutaro..” jawab Hotaru kemudian.
“Hah? Orangnya kayak apa?” tanyaku menyelidik.
“Kakkoi, pinter, jago nyanyi sama ngedance, dia juga bisa basket sama baseball. Lengkap deh!” jelas Hotaru sambil senyum-senyum.
“Ooh.. jadi sekarang kamu jadian sama dia ya..?” tanyaku sedih. Sekarang adikku bukanlah milikku lagi..
“Iyalaah! Ga kaya oniichan, ngejomblo terus! Cari cewek napa?” kata Hotaru dengan nada judesnya.
“Niichan kan mau fokus belajar dulu, nee.. Kamu kecil-kecil juga udah pacaran segala..” tukasku tak mau kalah.
“Emang niichan pernah belajar?” kata Hotaru santai. Ugh! Kena deh..
“Udah deh, niichan ga usah ikut campur masalah Hota!” kata Hota lagi sambil melotot padaku. Hah, anak satu ini..
“Yaudah.” Jawabku singkat dan kemudian keluar dari kamarnya. Anak itu judes banget sih, keturunan siapa lagi.. Aku kan cuma khawatir sama adikku, masa tidak boleh..? lagipula aku belum tau Ryutaro itu bagaimana sifatnya. Jangan-jangan dia cuma baik di hadapan Hotaru tapi nyatanya dia itu anak mesum yang kurang ajar dan ketua geng yakuza. Bisa saja kan? Huh, akan kuselidiki si Morimoto Ryutaro itu!

Hari berikutnya, Hotaru pergi kencan bersama Ryutaro. Karena khawatir, ya aku ikuti saja mereka. Ternyata mereka pergi makan siang dan ke taman bermain. Cih, Ryutaro terus-terusan tersenyum pada adikku. Memang dia pikir dia itu siapa hah? Ah, aku lupa kalau dia sekarang pacar Hotaru. Sial.
Membosankan, tidak ada yang mencurigakan dari anak itu. Dia mentraktir Hotaru dan bersikap ramah. Dia juga nggak kelihatan kayak ketua geng yakuza. Hmm.. mungkin Ryutaro memang anak yang baik. Eh, tunggu! Aku nggak akan termakan tipu muslihatmu, Morimoto!

“Tadaima..” kata Hotaru begitu memasuki rumah.
“Okaeri.. Gimana kencannya??” sambutku sambil berusaha menggoda Hotaru.
“Gitu deh. Kuharap niichan tadi nggak ngikutin aku waktu jalan sama Ryutaro.” Kata Hotaru dengan nada judes seperti biasanya.

DEG!

Wah, kata-katanya tepat sasaran..
“Hahaha, enggaklah, niichan ga mungkin ikutin kalian ke taman bermain tadi..” kataku berusaha tetap tenang.
Ah! Keceplosan, sialan!
“Hah..? Kayaknya tadi aku ga bilang kalau mau ke taman bermain deh.. jangan-jangan niichan memang..” kata Hotaru curiga.
“Bukan, niichan cuma nebak aja, biasanya orang-orang kalau kencan pergi kesana kan? Terus, di tas kamu ada hiasan yang cuma ada di taman bermain dekat sini, padahal tadi waktu berangkat benda itu enggak ada. Iya kan??” sergahku panjang lebar, semoga Hotaru percaya.
“Ooh, iya benar juga. Yaudah lah, enggak penting. Aku mau mandi dulu.” Kata Hotaru kemudian. Fiuhh… selamat..

Beberapa hari kemudian…

Sore itu Hotaru pulang telat dari sekolah dan ga ada kabar. Ada apa ya..? Biasanya dia selalu bilang kalau mau pulang telat. Aduh.. aku jadi khawatir.. Keitainya juga ga aktif lagi.. Eh, jangan-jangan adikku diapa-apain sama Ryutaro?! Hah, berani banget dia!!
 
Ceklek.
 
Bruak!!

“Hotaru!! Kamu kenapa sih?!” seru kaasan dari bawah. Tidak ada sahutan.
“Hotaru..?” panggilku ketika lihat dia naik tangga dengan wajah menunduk. Aku mengejarnya dan menghentikan langkahnya. “Ada apa..?” tanyaku panik. Hotaru mengangkat kepalanya dan bisa kulihat wajahnya bersemu merah. Dia menggelengkan kepalanya pelan dan masuk ke kamarnya.
Gawat. Jangan-jangan dia pulang telat gara-gara berbuat sama Ryutaro?!
Sialan dia…..!

“Hotaru, kamu kenapa??!” kataku kesal sambil menghampiri adikku yang duduk di samping ranjangnya. Enggak ada jawaban.

“Bilang dong sama niichan..” bujukku.

“Aku..” desisnya pelan. “Aku?” kataku menunggu lanjutan kalimatnya.

“Ryutaro…” desisnya lagi. Aku menahan napas.

“Cium..” desisnya lagi, amat pelan. Hah?

“Dia menciumku..” bisiknya tertahan. Cium? Mereka ciuman?? Umm.. yah, emang lebih baik daripada berbuat sih.. Tapi, tetap aja!!

“Terus?” tanyaku hati-hati.
“Terus apanya? Yaudah itu saja!” kata Hotaru bingung. Wajahnya merona merah dan kemudian gadis itu tersenyum malu. Senyuman tulus yang jarang kulihat. Aku sadar.. Hotaru benar-benar menyukai Ryutaro..

“Nani?” kata Hotaru yang risih karena kupandangi terus. Aku menggeleng dan tersenyum.
“Iie.” Jawabku sembari membelai lembut rambut adikku itu. Yah.. aku juga mulai sadar kalau Hotaru ga akan selamanya menjadi milikku. Aku pernah memikirkannya. Suatu saat Hotaru akan jatuh cinta dan kemudian menikah, meninggalkanku. Tapi yasudahlah, yang penting Hotaru bisa bahagia. Bocah bernama Ryutaro itu juga bisa bikin Hotaru tersenyum kayak gitu..

“Baik-baik sama Ryutaro ya..” bisikku dan kemudian mencium kening adikku.


Beberapa tahun kemudian..

“kamu masih sama Ryutaro??” tanyaku pada Hotaru.
“Iyalah! Hari ini aku juga bakal nikah sama dia, niichan!” jawab Hotaru seraya menjitak pelan kepalaku.
“Ahaha, bercanda..! Kalian awet ya, dari SMP sampai sekarang..” kataku nggak percaya sambil membantu Hotaru membenarkan gaunnya. Gaun pernikahannya.

“Iya dong. Niichan juga, cepet nikah sana!” tukas Hotaru.
“Enggak ah, belum ada yang cocok tau!” balasku. Tiba-tiba pintu terbuka dan Ryutaro masuk kedalam.

“Hei, Ryutaro!” sambut Hotaru bersemangat.
“Kau cantik sekali, Hotaru!” kata Ryutaro sembari mencium pipi adikku. Ya, hari ini Hotaru kelihatan cantik dengan gaun putihnya.
“Hei, Ryutaro..” panggilku pada calon suami adikku.
“Ada apa niisan?” jawabnya hangat seperti biasanya.
“Titip adikku ya..” kataku sambil tersenyum padanya. Bocah itu mengangguk dan balas tersenyum. “Tentu.” Katanya.

“Niichan..” kata Hotaru pelan. Dia menghampiriku dan kemudian memelukku.
“Kenapa?? Kamu takut mau nikah ya? Waduh, aku nggak percaya orang macam kamu bisa punya rasa takut!” ledekku. Aku menunggu balasan cubitan dari Hotaru, tapi aku tidak mendapatkannya.
“Niichan.. sampai kapanpun, aku akan tetap menjadi adik niichan..” desisnya tertahan.
Anak ini tau. Dia tau, daridulu. Kalau aku takut dia akan pergi meninggalkanku dan melupakanku sebagai kakaknya.
“Iya dong, selamanya kamu akan tetap jadi adikku.” Kataku sembari membelai puncak kepalanya lembut.
“Aku sayang niichan.” Kata Hotaru lagi.
“Niichan juga sayang Hotaru.” Balasku terharu. Sudah lama sekali, bahkan hampir tidak pernah Hotaru bilang sayang padaku. Ini seperti pertama kalinya. Aku bahagia.
“Ryutaro, Hotaru, sudah saatnya. Ayo.” Kata kaasan sembari membereskan tasnya.
“Iya.” Jawab mereka bersamaan.

“Hotaruu!!” seru seorang gadis. Siapa dia? Teman Hotaru? Aku kok tidak pernah lihat dia ya? Gadis dengan mini dress merah yang sangat cocok dengan tubuhnya..
“Ah, kau datang! Terima kasih ya!” sambut Hotaru berseri.
“Tentu saja. Ryutaro, kau harus jaga Hotaru baik-baik!” kata gadis itu lagi. Ryutaro tertawa dan mengangguk pasti.
“Oh iya, Miyabi-chan, ini kakakku. Kalian belum pernah bertemu kan?” kata Hotaru kemudian. Oh, jadi namanya Miyabi?
“Niichan, kenalkan, ini kakak kelasku waktu SMA.” Kata Hotaru lagi.
“Eh, ah.. iya, umm.. Arioka Daiki desu.” Kataku sedikit gugup.
“Maria Ozawa desu.. eh.. Arioka..? Marga kalian beda?” kata gadis bernama Miyabi itu heran. Heh? Maria Ozawa? Kok jadi Miyabi??

“Kami saudara kandung kok. Ibu kami bernama Okurimono Amai dan ayah kami Okamoto Keito. Keluarga kami memang nggak begitu memikirkan marga. Kita sih cuma nurut aja sama authornya. Yah.. dasar author gajelas jadinya gini deh..” jelasku panjang lebar.

“Kamu sendiri kenapa Maria Ozawa bisa jadi Miyabi?? Masih mending nama panggilannya Miyabi, nama lengkapnya Natsukawa Miyabi. Lah ini??” tanyaku ikut heran.
“Suka-suka dong..” jawab Miyabi singkat. -__-’’

“O-oke deh.. umm.. boleh kupanggil Miya-chan??” tanyaku iseng.    
Gadis itu tersenyum lebar dan mengangguk, “Iya! Kamu kupanggil Dai-chan ya?”
    Aku balas tersenyum dan berkata, “Seribu yen!”
Miyabi memukul pelan lenganku dan tertawa.
   
Gadis ini manis juga..
   
Tiba-tiba kurasakan Hotaru menyenggol pelan sikuku dan mengedipkan sebelah matanya.
    “Apaan sih??” desisku bingung.
    “Takdirmu akan segera dimulai.” Bisik Hotaru misterius.
Ih, aku paling nggak tahan lihat devil smilenya Hotaru..


    “Ayo lemparkan bunganyaa..!!” seru orang-orang. Apaan sih, cuma lempar bunga juga?? Ribut sekali sih..
    “Siap, satu.. dua.. tiga! Hup!” Hotaru melemparkan buket bunganya. Wah,wah, kenapa kearahku sih?!
     
HUP!

    “Eh..” aku menangkapnya.. dan bersamaan dengan Miyabi yang ternyata ada disebelahku daritadi!
   
“Sudah kubilang kan, niichan..?” kata Hotaru sembari tersenyum lebar.
“Kurestui kok!” katanya lagi. Heh? Apa-apaan dia? Jadi dia sengaja?? Dasar anak itu…………
   
“Wah,wah.. kita berdua dapat bunganya nih..!” kata Miyabi sambil tersenyum.. manis.
   
“Eh.. iya..” jawabku salah tingkah. Hmm.. apa setelah ini aku harus berterimakasih pada Hotaru ya..? :p

~(mungkin)THE END~







comment are love~

Ffe Marionette

Dear My Brothers

Title : Dear My Brothers
Author : Ffe Marionette aka Suzuka Hotaru
Genre : Family
Cast : Morimoto Natsune, Morimoto Shintaro, Morimoto Ryutaro
Summary : baca aja sendiri deh, saya males mau ngeringkasnya #PLAK


    Semuanya, perkenalkan. Namaku adalah Morimoto Natsune, adik dari Morimoto Ryutaro dan Morimoto Shintaro. Kalian pasti mengenalnya bukan? Mereka adalah aktor dan penyanyi terkenal di Jepang. Tidak perlu kuceritakan lebih rinci lagi, pasti kalian sudah tau. Ya, itulah mereka.

Selama ini aku dikenal sebagai ‘adik dari The Morimoto Brothers’. Dan memang itulah kenyataannya. Di sekolahku juga begitu.
Tak jarang ada beberapa anak yang bertanya-tanya soal kedua niichanku. Bangga memang.

“Oh, jadi kamu adiknya Ryu dan Shin ya?”
“Waah.. kamu mirip sekali dengan kakak-kakakmu!”

Tentu saja, aku kan adiknya, sudah pasti mirip.

Aku akan bercerita tentang keseharianku bersama kedua niichanku. Simak baik-baik ya.

Ryu-nii diterima di Johnny’s Entertainment sekitar 5 tahun yang lalu, kemudian disusul oleh Shin-nii. Mereka selalu sibuk dengan pekerjaan mereka, kadang sampai tak pulang juga.
Aku khawatir pada mereka, tapi ketika kutanya mereka selalu menjawabnya dengan tersenyum dan berkata, “Daijobu.” Aku jadi sedikit lega.

Aku memang bangga pada mereka, tapi.. aku merasa sedikit kesal.
Bukan iri, tapi aku kesal karena waktuku bersama mereka jadi berkurang. Hei, aku juga ingin bermain dengan niichanku..

Tiap pagi bisa kudengar teriakan-teriakan Ryu-nii yang kesal karena Shin-nii memaksanya untuk bangun. Aku pernah ikut Shin-nii menjahili Ryu-nii sih, tapi itu menyenangkan sekali.

Ketika aku pulang sekolah, tidak jarang kedua niichanku belum ada dirumah. Mereka pasti sibuk.
Apa mereka sudah makan ya? Semoga mereka baik-baik saja. Aku percaya pada mereka.
Di rumah, aku hanya bermain sendirian bersama Chi, anjing kami karena Ryu-nii melarang siapapun terlebih Shintaro menyentuh Saburou, hamster kesayangannya.
Hmm, mungkin hanya okaasan yang diijinkan?

Kesepian? Sudah tentu.
Tapi apa boleh buat, dijalani saja.
Rasa itu sedikit berkurang ketika mengingat bahwa saat mereka pulang nanti pasti mereka tersenyum dan berkata bahwa mereka rindu padaku.

Suatu hari Shin-nii masuk ke kamar Ryu-nii tanpa ijin dan membuat Ryu-nii kesal. Lagi-lagi mereka bertengkar. Hal itu sudah biasa bagiku. Tetapi, rasanya aku sedikit iri pada kedekatan mereka. Mereka selalu berkelahi, tapi bukankah itu yang menunjukkan kedekatan mereka?

Eh, bukannya aku ingin berkelahi dengan mereka lho..

“Natsune, sini, ikut niichan main.” Tiba-tiba Shin-nii melambai dan tersenyum padaku.
“Ah, Natsune, sini, sama niichan.” Ryu-nii ikut tersenyum padaku.
"Apaan sih, Natsune itu adikku tau!" protes Shin-nii.
"Tapi Natsune milikku! Menjauhlah dari Natsune ku!" Ryu-nii tak mau kalah.
Ah, mereka mulai bertengkar lagi.
"Kau saja yang menjauh! Natsune, ayo sama niichan saja!" kata Shin-nii sambil mencubit lengan Ryu-nii.

Aku berlari kecil dengan semangat dan memeluk mereka. Aku senang. Aku bahagia. Aku bersyukur karena mereka tak pernah melupakanku. Aku akan selalu mencintai mereka. Dan mereka pasti juga akan selalu mencintaiku.

Sampai kapanpun, kita bertiga tetap menjadi saudara, ne?

Dear my brothers,
 Thanks for all! I love U ! ^^

Natsune.


~owari~


Author    :
Pendek ya? Emang. Yaudahlah. Lagi nggak ada ide tapi pengen nulis cerita, jadi dipaksain gini deh, :p hahaha
Agak wagu? Iya juga. Yaudahlah. Saya juga cuma menulis kata-kata yang terlintas di otak saya saja kok.

(drabble) Love Stories

Story 1    : Yuto – Mana (Drummer)
Story 2    : Ryo – Yuki (Ichigos Farm)
Story 3    : Keito – Amai (Special Gift)
Story 4    : Yuri – Cherry (New Student)
Story 5    : Ryutaro – Hotaru (Chatting)

Author    : Ffe Marionette
Genre    : Romance of course !!

    Saya iseng liat di blog orang.. dia juga suka bikin fanfic tentang HeySayJump tapi pake english sih.. Ceritanya tuh tentang anak-anak HSJ pas hari valentine. Saya paling suka bagiannya Ryutaro (halah) , dia dikasih cokelat sama orang yang dia sukai tapi dianya nolak (dasar ryu bego) alasannya karena dia gamau nerima coklat yang sama kayak orang lain -__-‘ ceweknya nangis terus buka bungkusan coklat yang buat Ryutaro. Dia bilang, “Apakah cokelat ini sama dengan yang lain?”  sambil nunjukin cokelat bentuk hati yang ada tulisan “I Love U” nya, so sweet banget lah :3    Eh, gomenasai, saya malah nerocos sendiri, hehe :p kalau begitu silakan baca Love Stories ini~ douzoooo~~ ^^

Story 1 : Drummer 

Mana membereskan buku pelajarannya secepat kilat dan berlari keluar kelas dengan tergesa-gesa.
“Mana-chan mau kemana??” seru temannya bingung.
“Ada urusan penting!” jawab Mana sambil terus berlari tanpa menghiraukan temannya itu. Tujuannya adalah ruang musik, tentu saja.

“Masih keburu, untung dia belum pulang.. Pelajaran tambahannya lama banget lagi!” gerutu Mana dalam hati. Ya, akhir-akhir ini gadis itu suka sekali duduk meringkuk di depan ruang musik untuk mendengarkan permainan drum senpainya, Nakajima Yuto, orang yang dia sukai.
Sangat dia sukai.

Pertama kali Mana melihat Yuto saat perayaan natal tahun lalu . Ia melihat Yuto bermain drum, dan terpukau. Kemudian ia menyadari bahwa dirinya menyukai Yuto ketika senpainya itu menggendongnya pulang karena kakinya terkilir saat persiapan festival sekolah tahunan.

Waktu itu Mana sedang berusaha memasang spanduk di stand nya, tetapi tangganya tersenggol dan ia jatuh. Yuto yang kebetulan sedang lewat memang menolongnya, tapi tetap saja kaki kanan Mana ditakdirkan untuk terkilir. Yuto memang baik, ia menawarkan diri untuk mengantar Mana pulang.

Walaupun begitu, ia bukan orang yang sok kenal dan menyapa Yuto begitu saja dengan enteng. Dia malu, takut. Ia takut akan salah tingkah jika berhadapan dengan Yuto. Jika ia salah tingkah maka ia akan menjadi malu. Yuto pasti akan menganggapnya aneh.
Mana menghembuskan napas pelan meratapi sifatnya yang pemalu itu.

“Mana-chan…?” sebuah suara spontan membuat Mana berdiri dengan gelagapan seperti anak yang tertangkap basah oleh ibunya sedang membakar kertas ujian. Suara itu milik Yuto.

“Sedang apa disini..?” tanya Yuto bingung.
“Ah, anoo.. I-iie, umm.. etto.. a-aku..” jawab Mana salah tingkah, tidak tau harus berkata apa.
“Jangan-jangan.. selama ini kamu ya yang sering memperhatikan aku di sini..?” selidik Yuto curiga.

DEG!

“A-anoo.. e-ee.. g-gomenasai! A-aku tidak bermaksud—“ kata-kata Mana terpotong oleh tawa pelan Yuto.
“Syukurlah! Aku lega.. kalau gadis lain, aku tidak tau harus bicara apa. Ternyata itu Mana-chan ya, hahaha..” Yuto tersenyum memandang Mana.

“E-eh..?”

“Ngomong-ngomong, ternyata kita sama ya! Aku juga sering memperhatikan Mana-chan dari jendela kelasku.” Kata Yuto lagi.

“E-eh..??”

“Itu artinya aku suka sama Mana-chan lho.” Tembak Yuto langsung.

“e-EEHH??”

“Daritadi eh eh terus, jawab dong. Mana-chan juga suka sama aku kan?” kata Yuto lagi sambil menggenggam kedua tangan Mana yang sudah terasa sedingin es.

Mana tertunduk malu, pipinya bersemu lebih merah dari tomat. Yuto diam menunggu jawaban dari Mana.
Ia bingung. Sangat bingung.
Sekarang apa yang harus kulakukan??? Apa aku lari saja?? Jangan!! Yuto-senpai menembakku lho, YUTO-SENPAI!! Ini kesempatan, Mana! Ayo keluarkan keberianmu!! Ini kesempatan emas!! pikir Mana menyemangati dirinya sendiri.
Ya! Inilah saatnya, Mana!

“Y-Yuto-senpai.. a-ano.. s-suki de…” kata Mana akhirnya. Yuto melonjak girang dan kemudian memeluk Mana yang sepertinya hampir pingsan itu.
“A-ano Yuto-senpai! Aku tidak bisa bernapas!” protes Mana, masih gugup.
“Ah, maaf.” Yuto melepaskan pelukannya dan kembali tersenyum bahagia kepada gadis itu.

“I did it, I did it, I did it, Oh My God, I DID IT!!!” jerit Mana dalam hati.

~owari~

Story 2 : Ichigos Farm 

“Ryo-chan ayo cepat!” Yuki menarik lengan besar sahabatnya, Yamada Ryosuke memasuki kebun strawberry milik keluarganya.
“Iya, sabar dong!” protes Yamada. Yuki melepaskan tangannya dan berkata, “Ryo-chan marah? Tumben, biasanya selalu semangat kalau kuajak ke kebun?”

“A-aa.. tidak kok, aku tidak marah. Yasudah, ayo.” Jawab Yamada sambil mengembangkan senyuman khasnya. Yuki tersipu melihat senyuman itu.

Tidak, ia memang selalu tersipu jika Yamada menunjukkan berbagai ekspresi tulusnya. Begitu menyenangkan melihat wajah Yamada yang cantik itu sedang tersenyum, cemberut, sedih, dan sebagainya. Lucu.

Gadis itu menyukai Yamada, tapi ia berpikir lebih baik tidak menyatakan perasaannya daripada sakit hati jika tau kalau Yamada menyukai orang lain. Mariya misalnya, mereka berdua cukup dekat, pernah membuat Yuki cemburu juga. Atau dengan Shida, bisa saja.
Yamada sulit ditebak karena dia selalu tersenyum pada semua gadis.

Yamada menoleh ke arah Yuki dan heran melihat sahabatnya yang biasanya ceria itu sekarang menjadi lebih diam.
“Ada apa, Yuki-chan?” kata-kata Yamada membuyarkan lamunan Yuki seketika.
“Ada apa Ryo-chan?” Yuki bertanya balik.
“He? Apa itu! Aku kan bertanya padamu, bagaimana sih?” lagi-lagi Yamada tersenyum dan dengan cepat Yuki memalingkan wajahnya, takut ketahuan jika kini pipinya memerah.

“Yuki-chan..?” Yamada heran dengan kelakuan sahabatnya itu.
“Tidak apa kok, sudahlah. Ayo segera bereskan strawberry-strawberry ini.” Kata Yuki kemudian tanpa memalingkan wajahnya kembali.

Yamada memperhatikan gadis itu memetik strawberry dan terdiam.
“Terlihat manis.” Gumamnya tanpa sadar.
“Iya, sepertinya memang manis. Nanti kita cicipi ya!” sahut Yuki yang sudah kembali ceria.
Yamada tertegun. Maksudnya bukan strawberrynya, dasar.. kata Yamada dalam hati.

“Ah, Yuki-chan, ngomong-ngomong.. apa kau percaya pada gosip itu?” kata Yamada lagi. Yuki mengernyitkan dahinya bingung. “Tentang aku dan Mariya..” jelas Yamada. Yuki mengangguk mengerti dan kemudian memandang pemuda di sampingnya itu.

“Bagaimana dengan Shida?” tanya Yuki polos tanpa menjawab pertanyaan Yamada.
“Kau ini kebiasaan ya! Jawab dulu pertanyaanku dong! Haah.. Kuharap kamu tidak mempercayai gosip murahan itu.” Yamada mendengus kesal.
“Kenapa?” Yuki penasaran.
“Karena aku suka sama Yuki-chan lho.” Kata Yamada sambil memakan sebuah strawberry yang sedari tadi ada dalam genggamannya. Yuki diam. Bingung. Kesal.

‘Sialan, santai sekali dia mengucapkan kata ‘suka’ padaku, sambil makan strawberry pula! Tapi..’  Yuki mengumpat dalam hati.

“Hmm, jujur, aku rela menghabiskan waktuku disini bukan karena aku meyukai strawberry. Tapi agar aku bisa bersamamu lebih lama.” kata Yamada kembali tersenyum lebar. Yuki tetap diam.

‘Eh, alasan apa itu??’  Yuki terkikik kecil dalam hatinya. Dia berpikir bahwa Yamada sangat.. um.. apa ya?? Mempesona mungkin? Setidaknya baginya saja.
“Ya ampun kamu kenapa?? Wajahmu merah!” Yamada panik melihat Yuki yang seperti itu.
“Dasar...bodooooh!!!” jerit Yuki sambil mengguncang-guncangkan bahu Yamada.
“Aku juga suka sama Ryo-chan lho” desis Yuki tertahan. Kali ini giliran pipi Yamada yang merona merah. Sedetik kemudian mereka tertawa bersama dengan hebohnya.

~owari~

Story 3 : Special Gift

Amai berjalan pelan menuju ruang kelasnya di lantai 3. Ia ingat ada barangnya yang tertinggal di toilet jadi ia segera berbalik untuk mengambilnya.

BRUK!

Amai menabrak seseorang di belakangnya.
“Ah, sumimasen!” kata Amai panik.

“Amai-chan?” seru orang itu.
“Keito-senpai!” Amai memandang senpainya waktu SMP, Okamoto Keito.

Sejak dulu sampai detik inipun dia masih meyukai Keito, maka dari itu ia berjuang mati-matian agar dapat lulus ujian masuk SMA ini. Demi bertemu dengan Keito lagi. Dan lihatlah, sekarang dia sudah menjadi murid di sekolah ini dan sudah bertemu dengan Keito yang selalu ditunggu-tunggunya. Dia berhasil, tapi masih separuhnya.

“Ada apa? Sedang buru-buru ya?” sapa Keito ramah seperti biasanya. Keito tersenyum manis dan membantu Amai mengambil tasnya yang terjatuh.
‘Dia masih baik sama seperti dulu.’ Amai bahagia.

“Ee.. tidak kok, hanya saja aku ingat ada barangku yang tertinggal di toilet. Ah! Tapi tidak apa-apa kok, bukan barang yang bisa diambil orang lain.” Jawab Amai gugup.

Walaupun dia sangat ingin bertemu lagi dengan Keito, tapi Ia tak menyangka akan secepat ini. Hei, ini adalah hari upacara penerimaan murid baru!

Tetapi untunglah Amai sudah mempersiapkan segalanya sejak jauh-jauh hari. Ia selalu siap dalam hal ini.

“Begitu? Sebaiknya cepat diambil saja daripada repot.” Saran Keito sembari tersenyum.
“Tidak apa-apa kok.” Amai meyakinkan. Ia tak ingin melewatkan kesempatan mengobrol dengan Keito. Saat itu juga Amai menetapkan mottonya, ‘Barang bisa diambil nanti, tapi berbicara dengan Keito-senpai tidak bisa ditunda lagi!’

“Eh, bagaimana senpai sendiri?” Amai memancing pembicaraan.
“Aku juga tidak sibuk. Hei, ayo kita ngobrol, sudah lama kita tidak ngobrol. Duduk di situ yuk.” Ajak Keito. Gadis itu mengangguk dan mengikuti Keito.

“Selamat ya, sudah bisa masuk di SMA ini.” Kata Keito membuka pembicaraan.
“Arigatou senpai.” Amai tersenyum gembira. “Oh iya, senpai! Kore!” Amai menyerahkan sebuah bungkusan kecil berwarna biru kepada Keito.

‘Ayo, Amai! Kalau tidak sekarang, kapan lagi?!’ Amai meyakinkan diri.

“E? Apa ini??” tanya Keito kaget.
“Otanjoubi Omedetou, Keito-senpai!” kata Amai lagi.
“Waa.. Arigatou..! Kubuka ya?” perlahan Keito membuka bungkusan itu.
“Keito-senpai suka?” tanya Amai doki-doki.
“Iya! Arigatou, Amai-chan! Gantungan kunci bentuk gitar ini keren sekali!” Keito girang dan terus memandangi benda itu.

“Keito-senpai, ano—“ belum sempat Amai menyelesaikan kalimatnya, Keito memotong, “Kau boleh memanggilku Keito kok.”
“Hontou? Ah, Keito-kun, anoo… umm.. mungkin ini terlalu tiba-tiba tapi..” Amai membisikkan sesuatu di telinga Keito, takut didengar orang lain karena tempat itu tidak sepi.

Keito terbelalak kaget dan memandang Amai. Ia tak menyangka akan mendapat bisikan “Daisuki da yo” dari gadis yang disukainya. Ia mengatur napas dan kemudian menunjukkan senyumannya yang paling manis kepada Amai.

“Me too.” Jawab Keito pelan. Amai tersenyum lebar penuh kemenangan dan kemudian terkejut karena Keito tiba-tiba memeluknya. “Keito-kun, ada banyak orang yang melihat!” pekik Amai.

“No problem. This is a special gift! Thank you, Amai..”

~owari~

Story 4 : New Student
  
“Hari ini kita kedatangan murid baru dari luar negeri. Cherry-san, silakan masuk.” Kata Mizuto sensei.
“Hi, my name is Tetta Cherry. You can call me whatever you want but usually people call me Cherry. Nice to meet you!” kata anak pindahan bernama Cherry itu.

“Ada pertanyaan?” Mizuto sensei memandang seluruh murid di kelas dan mendapati seorang pemuda mungil, Chinen Yuri, mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi.
“Ya, silakan, Chinen-san” Mizuto sensei mempersilakan.
“Sensei, aku tidak mengerti semua yang dikatakan olehnya!” kata Chinen lantang yang kemudian disusul tawa dari seisi kelas.
  
--- pulang sekolah ---
  
“Bilang dong kalau ternyata kau bisa bahasa jepang!” protes Chinen kepada Cherry. Yang diajak bicara hanya tertawa kecil.
  
“Kenapa tertawa??” protes Chinen. Ia memajukan bibirnya beberapa senti.
“Aku Cuma bisa japanese sedikit-sedikit tau. Hahaha, Kimi wa kawaii yo~” kata Cherry sambil menyenggol siku Chinen.
“Tapi aku tidak merasa kawaii. Apa aku benar-benar kawaii?” tanya Chinen polos.
“Un! Hontou ni kawaii." Cherry meyakinkan. Chinen tersenyum bangga dan membusungkan dadanya.
“Eh, sudah sore nih. Sebaiknya kita segera pulang. Teman-teman yang lain juga sudah pergi.” Kata Cherry yang membuat Chinen membungkukkan punggunggnya lesu.

“Hei, rumahmu dimana? Pulang bareng yuk?” ajak Chinen.
“Ke arah sana.” Cherry menunjuk ke arah yang berlawanan dengan rumah Chinen.
“Ah, aku juga. Ayo!” Chinen berdusta. Ia hanya ingin lebih mengenal anak baru yang oleh Mizuto-sensei itu dinyatakan duduk di sebelah Chinen. Ia tertarik pada gadis itu. Entahlah. Kenapa ya?
Sepanjang perjalanan mereka bercerita tentang banyak hal. Padahal baru saja bertemu, namun mereka berdua cepat sekali akrab.

“Jadi kau juga suka menyanyi? Aku bisa ballet jazz lho.” Pamer Chinen bangga.
“Wow, hebat! Kudengar kau juga bisa akrobat??” Cherry sepertinya tertarik.
“Yup! Kalau mau aku bisa mengajarimu.” Tawar Chinen sambil tersenyum.
“Aku mau! Sepertinya seru. Janji ya kau mau ajari aku?” jawab Cherry menyodorkan jari kelingking kirinya.
“Tentu!” kata Chinen senang.

“Kau orang yang baik ya.” Kata Cherry memandang teman barunya itu. Chinen terdiam, sesungguhnya ia tersipu.

“Umm.. Cherry-chan, apa aku boleh menjadi sahabatmu?” tanya Chinen kemudian.
“Boleh saja. Kenapa?” Cherry bingung.
“Cherry-chan, mulai saat ini kau adalah ‘sahabat special’ ku ya.” Chinen kembali tersenyum dan menatap Cherry.

“Baiklah. Kita adalah ‘sahabat spesial’.” Cherry balas tersenyum dan menggandeng tangan mungil Chinen.
 Jantung Chinen berdegup kencang ketika menyentuh jemari mungil milik Cherry.

“Cherry-chan, suki desu.”

~owari~

Story 5 : Chatting

Todoroki: Konbanwa, Himenon! Bagaimana harimu tadi? ^^
Himeno: Seperti itulah. Aku tetap tak bisa menyapanya. Malu. Bagaimana denganmu, Todoroki? Ngomong-ngomong jangan panggil aku ‘Himenon’ -_- Kau tau? Diantara teman chattingku, hanya kamu yang memanggilku seperti itu -_-
Todoroki: Biasa saja, tapi cuacanya cerah, jadi bersemangat! ^o^ Ahaha, maaf deh.. habis cocok sih
Himeno: Hm, begitu ya.. 
Todoroki: Ada apa? Kau terlihat tak bersemangat seperti biasanya?
Himeno: etto.. aku bingung apakah aku akan menyatakan perasaanku padanya?
Todoroki : Ya! Harus, daripada stress karena dipendam terus?
Himeno : Umm.. bagaimana ya..? ><””
Todoroki : Ayolah! Hei, dengar, besok aku juga akan menembak gadis yang aku sukai, jadi kita berjuang bersama-sama ya!
Himeno : Hee?? Todoroki punya orang yang disukai?? :O
Todoroki : Tentu saja, kau pikir aku ini apa?? -__-
Himeno : Ummmmmmm… Yosh! Baiklah! Aku akan mengatakannya! >o<
Todoroki : Nah, begitu dong! Kita sama-sama berusaha ya! Tenanglah, aku selalu mendukungmu! Himenon juga dukung aku ya! >w<
Himeno : Siip! Umm.. dan tolong berhenti memanggilku dengan ‘Himenon’ ! >,<
Todoroki : Tidak apa-apa kan? Hahaha ^^ Sudah dulu ya, ja mata ne!

Hotaru membereskan laptopnya dan segera pergi tidur. Ia tidak sabar menunggu hari esok.
Hari dimana ia akan mengeluarkan seluruh keberanian untuk menyatakan perasaannya pada Morimoto Ryutaro, senpainya, orang yang disukainya sejak dulu.

Selama ini Hotaru hanya bercerita tentang Ryutaro pada Todoroki, teman chattingnya, walaupun ia tak menyebut nama. Todoroki selalu mendukung Hotaru dalam hal apapun.

Siang hari berikutnya ketika jam istirahat, Hotaru memberanikan diri menemui Ryutaro di gedung kelas 3.

“Ryutaro? Kalau dia sih sudah lari duluan begitu bel berbunyi.” Kata seorang teman Ryutaro. Hotaru mengangguk lesu.

Harus cari dimana dia? Sekolah ini terlalu luas. Jadi ia hanya duduk termenung di atap sekolah selama beberapa saat, putus asa.

“Hotaru! Ah, ternyata kau disini! Ketemu juga..” kata sebuah suara yang sangat ia kenal dari arah pintu.

“Ryu-senpai..? kau mencariku..?” kata Hotaru kaget.
“Tentu saja! Aku tak akan rela menghabiskan waktuku untuk mencari orang yang tidak perlu.” Ryutaro tersenyum dan duduk disamping Hotaru.

“Umm.. ada yang ingin kukatakan..” kata mereka berdua bersamaan.

“Ah, kau dulu saja.” Kata Ryutaro. “Tidak, kau duluan saja.” Kata Hotaru.

“Lho.. Eh..?” gumam Ryutaro sambil melirik ponsel Hotaru.
“Ada apa senpai?” Hotaru bingung dan mengambil ponselnya.
“Itu..” desis Ryutaro terkejut dan menunjuk stiker di ponsel Hotaru. Gambar mahkota putih dengan label ‘Hime’. “Jangan-jangan kamu.. Himenon?!” jerit Ryutaro tersipu.

“Ehh??!! Todoroki??” jerit Hotaru kemudian. Hei, hanya Todoroki yang memanggilnya seperti itu!

“Jadi, siapa gadis yang akan kau tembak itu, senpai?” tanya Hotaru penasaran.

“Ah.. itu..” jawab Ryutaro gugup. Ia tersipu dan memandang gadis di hadapannya itu.

~owari~

Love Stories –END-


Comment are love :)