Selasa, 05 Juli 2011

(drabble) Love Stories

Story 1    : Yuto – Mana (Drummer)
Story 2    : Ryo – Yuki (Ichigos Farm)
Story 3    : Keito – Amai (Special Gift)
Story 4    : Yuri – Cherry (New Student)
Story 5    : Ryutaro – Hotaru (Chatting)

Author    : Ffe Marionette
Genre    : Romance of course !!

    Saya iseng liat di blog orang.. dia juga suka bikin fanfic tentang HeySayJump tapi pake english sih.. Ceritanya tuh tentang anak-anak HSJ pas hari valentine. Saya paling suka bagiannya Ryutaro (halah) , dia dikasih cokelat sama orang yang dia sukai tapi dianya nolak (dasar ryu bego) alasannya karena dia gamau nerima coklat yang sama kayak orang lain -__-‘ ceweknya nangis terus buka bungkusan coklat yang buat Ryutaro. Dia bilang, “Apakah cokelat ini sama dengan yang lain?”  sambil nunjukin cokelat bentuk hati yang ada tulisan “I Love U” nya, so sweet banget lah :3    Eh, gomenasai, saya malah nerocos sendiri, hehe :p kalau begitu silakan baca Love Stories ini~ douzoooo~~ ^^

Story 1 : Drummer 

Mana membereskan buku pelajarannya secepat kilat dan berlari keluar kelas dengan tergesa-gesa.
“Mana-chan mau kemana??” seru temannya bingung.
“Ada urusan penting!” jawab Mana sambil terus berlari tanpa menghiraukan temannya itu. Tujuannya adalah ruang musik, tentu saja.

“Masih keburu, untung dia belum pulang.. Pelajaran tambahannya lama banget lagi!” gerutu Mana dalam hati. Ya, akhir-akhir ini gadis itu suka sekali duduk meringkuk di depan ruang musik untuk mendengarkan permainan drum senpainya, Nakajima Yuto, orang yang dia sukai.
Sangat dia sukai.

Pertama kali Mana melihat Yuto saat perayaan natal tahun lalu . Ia melihat Yuto bermain drum, dan terpukau. Kemudian ia menyadari bahwa dirinya menyukai Yuto ketika senpainya itu menggendongnya pulang karena kakinya terkilir saat persiapan festival sekolah tahunan.

Waktu itu Mana sedang berusaha memasang spanduk di stand nya, tetapi tangganya tersenggol dan ia jatuh. Yuto yang kebetulan sedang lewat memang menolongnya, tapi tetap saja kaki kanan Mana ditakdirkan untuk terkilir. Yuto memang baik, ia menawarkan diri untuk mengantar Mana pulang.

Walaupun begitu, ia bukan orang yang sok kenal dan menyapa Yuto begitu saja dengan enteng. Dia malu, takut. Ia takut akan salah tingkah jika berhadapan dengan Yuto. Jika ia salah tingkah maka ia akan menjadi malu. Yuto pasti akan menganggapnya aneh.
Mana menghembuskan napas pelan meratapi sifatnya yang pemalu itu.

“Mana-chan…?” sebuah suara spontan membuat Mana berdiri dengan gelagapan seperti anak yang tertangkap basah oleh ibunya sedang membakar kertas ujian. Suara itu milik Yuto.

“Sedang apa disini..?” tanya Yuto bingung.
“Ah, anoo.. I-iie, umm.. etto.. a-aku..” jawab Mana salah tingkah, tidak tau harus berkata apa.
“Jangan-jangan.. selama ini kamu ya yang sering memperhatikan aku di sini..?” selidik Yuto curiga.

DEG!

“A-anoo.. e-ee.. g-gomenasai! A-aku tidak bermaksud—“ kata-kata Mana terpotong oleh tawa pelan Yuto.
“Syukurlah! Aku lega.. kalau gadis lain, aku tidak tau harus bicara apa. Ternyata itu Mana-chan ya, hahaha..” Yuto tersenyum memandang Mana.

“E-eh..?”

“Ngomong-ngomong, ternyata kita sama ya! Aku juga sering memperhatikan Mana-chan dari jendela kelasku.” Kata Yuto lagi.

“E-eh..??”

“Itu artinya aku suka sama Mana-chan lho.” Tembak Yuto langsung.

“e-EEHH??”

“Daritadi eh eh terus, jawab dong. Mana-chan juga suka sama aku kan?” kata Yuto lagi sambil menggenggam kedua tangan Mana yang sudah terasa sedingin es.

Mana tertunduk malu, pipinya bersemu lebih merah dari tomat. Yuto diam menunggu jawaban dari Mana.
Ia bingung. Sangat bingung.
Sekarang apa yang harus kulakukan??? Apa aku lari saja?? Jangan!! Yuto-senpai menembakku lho, YUTO-SENPAI!! Ini kesempatan, Mana! Ayo keluarkan keberianmu!! Ini kesempatan emas!! pikir Mana menyemangati dirinya sendiri.
Ya! Inilah saatnya, Mana!

“Y-Yuto-senpai.. a-ano.. s-suki de…” kata Mana akhirnya. Yuto melonjak girang dan kemudian memeluk Mana yang sepertinya hampir pingsan itu.
“A-ano Yuto-senpai! Aku tidak bisa bernapas!” protes Mana, masih gugup.
“Ah, maaf.” Yuto melepaskan pelukannya dan kembali tersenyum bahagia kepada gadis itu.

“I did it, I did it, I did it, Oh My God, I DID IT!!!” jerit Mana dalam hati.

~owari~

Story 2 : Ichigos Farm 

“Ryo-chan ayo cepat!” Yuki menarik lengan besar sahabatnya, Yamada Ryosuke memasuki kebun strawberry milik keluarganya.
“Iya, sabar dong!” protes Yamada. Yuki melepaskan tangannya dan berkata, “Ryo-chan marah? Tumben, biasanya selalu semangat kalau kuajak ke kebun?”

“A-aa.. tidak kok, aku tidak marah. Yasudah, ayo.” Jawab Yamada sambil mengembangkan senyuman khasnya. Yuki tersipu melihat senyuman itu.

Tidak, ia memang selalu tersipu jika Yamada menunjukkan berbagai ekspresi tulusnya. Begitu menyenangkan melihat wajah Yamada yang cantik itu sedang tersenyum, cemberut, sedih, dan sebagainya. Lucu.

Gadis itu menyukai Yamada, tapi ia berpikir lebih baik tidak menyatakan perasaannya daripada sakit hati jika tau kalau Yamada menyukai orang lain. Mariya misalnya, mereka berdua cukup dekat, pernah membuat Yuki cemburu juga. Atau dengan Shida, bisa saja.
Yamada sulit ditebak karena dia selalu tersenyum pada semua gadis.

Yamada menoleh ke arah Yuki dan heran melihat sahabatnya yang biasanya ceria itu sekarang menjadi lebih diam.
“Ada apa, Yuki-chan?” kata-kata Yamada membuyarkan lamunan Yuki seketika.
“Ada apa Ryo-chan?” Yuki bertanya balik.
“He? Apa itu! Aku kan bertanya padamu, bagaimana sih?” lagi-lagi Yamada tersenyum dan dengan cepat Yuki memalingkan wajahnya, takut ketahuan jika kini pipinya memerah.

“Yuki-chan..?” Yamada heran dengan kelakuan sahabatnya itu.
“Tidak apa kok, sudahlah. Ayo segera bereskan strawberry-strawberry ini.” Kata Yuki kemudian tanpa memalingkan wajahnya kembali.

Yamada memperhatikan gadis itu memetik strawberry dan terdiam.
“Terlihat manis.” Gumamnya tanpa sadar.
“Iya, sepertinya memang manis. Nanti kita cicipi ya!” sahut Yuki yang sudah kembali ceria.
Yamada tertegun. Maksudnya bukan strawberrynya, dasar.. kata Yamada dalam hati.

“Ah, Yuki-chan, ngomong-ngomong.. apa kau percaya pada gosip itu?” kata Yamada lagi. Yuki mengernyitkan dahinya bingung. “Tentang aku dan Mariya..” jelas Yamada. Yuki mengangguk mengerti dan kemudian memandang pemuda di sampingnya itu.

“Bagaimana dengan Shida?” tanya Yuki polos tanpa menjawab pertanyaan Yamada.
“Kau ini kebiasaan ya! Jawab dulu pertanyaanku dong! Haah.. Kuharap kamu tidak mempercayai gosip murahan itu.” Yamada mendengus kesal.
“Kenapa?” Yuki penasaran.
“Karena aku suka sama Yuki-chan lho.” Kata Yamada sambil memakan sebuah strawberry yang sedari tadi ada dalam genggamannya. Yuki diam. Bingung. Kesal.

‘Sialan, santai sekali dia mengucapkan kata ‘suka’ padaku, sambil makan strawberry pula! Tapi..’  Yuki mengumpat dalam hati.

“Hmm, jujur, aku rela menghabiskan waktuku disini bukan karena aku meyukai strawberry. Tapi agar aku bisa bersamamu lebih lama.” kata Yamada kembali tersenyum lebar. Yuki tetap diam.

‘Eh, alasan apa itu??’  Yuki terkikik kecil dalam hatinya. Dia berpikir bahwa Yamada sangat.. um.. apa ya?? Mempesona mungkin? Setidaknya baginya saja.
“Ya ampun kamu kenapa?? Wajahmu merah!” Yamada panik melihat Yuki yang seperti itu.
“Dasar...bodooooh!!!” jerit Yuki sambil mengguncang-guncangkan bahu Yamada.
“Aku juga suka sama Ryo-chan lho” desis Yuki tertahan. Kali ini giliran pipi Yamada yang merona merah. Sedetik kemudian mereka tertawa bersama dengan hebohnya.

~owari~

Story 3 : Special Gift

Amai berjalan pelan menuju ruang kelasnya di lantai 3. Ia ingat ada barangnya yang tertinggal di toilet jadi ia segera berbalik untuk mengambilnya.

BRUK!

Amai menabrak seseorang di belakangnya.
“Ah, sumimasen!” kata Amai panik.

“Amai-chan?” seru orang itu.
“Keito-senpai!” Amai memandang senpainya waktu SMP, Okamoto Keito.

Sejak dulu sampai detik inipun dia masih meyukai Keito, maka dari itu ia berjuang mati-matian agar dapat lulus ujian masuk SMA ini. Demi bertemu dengan Keito lagi. Dan lihatlah, sekarang dia sudah menjadi murid di sekolah ini dan sudah bertemu dengan Keito yang selalu ditunggu-tunggunya. Dia berhasil, tapi masih separuhnya.

“Ada apa? Sedang buru-buru ya?” sapa Keito ramah seperti biasanya. Keito tersenyum manis dan membantu Amai mengambil tasnya yang terjatuh.
‘Dia masih baik sama seperti dulu.’ Amai bahagia.

“Ee.. tidak kok, hanya saja aku ingat ada barangku yang tertinggal di toilet. Ah! Tapi tidak apa-apa kok, bukan barang yang bisa diambil orang lain.” Jawab Amai gugup.

Walaupun dia sangat ingin bertemu lagi dengan Keito, tapi Ia tak menyangka akan secepat ini. Hei, ini adalah hari upacara penerimaan murid baru!

Tetapi untunglah Amai sudah mempersiapkan segalanya sejak jauh-jauh hari. Ia selalu siap dalam hal ini.

“Begitu? Sebaiknya cepat diambil saja daripada repot.” Saran Keito sembari tersenyum.
“Tidak apa-apa kok.” Amai meyakinkan. Ia tak ingin melewatkan kesempatan mengobrol dengan Keito. Saat itu juga Amai menetapkan mottonya, ‘Barang bisa diambil nanti, tapi berbicara dengan Keito-senpai tidak bisa ditunda lagi!’

“Eh, bagaimana senpai sendiri?” Amai memancing pembicaraan.
“Aku juga tidak sibuk. Hei, ayo kita ngobrol, sudah lama kita tidak ngobrol. Duduk di situ yuk.” Ajak Keito. Gadis itu mengangguk dan mengikuti Keito.

“Selamat ya, sudah bisa masuk di SMA ini.” Kata Keito membuka pembicaraan.
“Arigatou senpai.” Amai tersenyum gembira. “Oh iya, senpai! Kore!” Amai menyerahkan sebuah bungkusan kecil berwarna biru kepada Keito.

‘Ayo, Amai! Kalau tidak sekarang, kapan lagi?!’ Amai meyakinkan diri.

“E? Apa ini??” tanya Keito kaget.
“Otanjoubi Omedetou, Keito-senpai!” kata Amai lagi.
“Waa.. Arigatou..! Kubuka ya?” perlahan Keito membuka bungkusan itu.
“Keito-senpai suka?” tanya Amai doki-doki.
“Iya! Arigatou, Amai-chan! Gantungan kunci bentuk gitar ini keren sekali!” Keito girang dan terus memandangi benda itu.

“Keito-senpai, ano—“ belum sempat Amai menyelesaikan kalimatnya, Keito memotong, “Kau boleh memanggilku Keito kok.”
“Hontou? Ah, Keito-kun, anoo… umm.. mungkin ini terlalu tiba-tiba tapi..” Amai membisikkan sesuatu di telinga Keito, takut didengar orang lain karena tempat itu tidak sepi.

Keito terbelalak kaget dan memandang Amai. Ia tak menyangka akan mendapat bisikan “Daisuki da yo” dari gadis yang disukainya. Ia mengatur napas dan kemudian menunjukkan senyumannya yang paling manis kepada Amai.

“Me too.” Jawab Keito pelan. Amai tersenyum lebar penuh kemenangan dan kemudian terkejut karena Keito tiba-tiba memeluknya. “Keito-kun, ada banyak orang yang melihat!” pekik Amai.

“No problem. This is a special gift! Thank you, Amai..”

~owari~

Story 4 : New Student
  
“Hari ini kita kedatangan murid baru dari luar negeri. Cherry-san, silakan masuk.” Kata Mizuto sensei.
“Hi, my name is Tetta Cherry. You can call me whatever you want but usually people call me Cherry. Nice to meet you!” kata anak pindahan bernama Cherry itu.

“Ada pertanyaan?” Mizuto sensei memandang seluruh murid di kelas dan mendapati seorang pemuda mungil, Chinen Yuri, mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi.
“Ya, silakan, Chinen-san” Mizuto sensei mempersilakan.
“Sensei, aku tidak mengerti semua yang dikatakan olehnya!” kata Chinen lantang yang kemudian disusul tawa dari seisi kelas.
  
--- pulang sekolah ---
  
“Bilang dong kalau ternyata kau bisa bahasa jepang!” protes Chinen kepada Cherry. Yang diajak bicara hanya tertawa kecil.
  
“Kenapa tertawa??” protes Chinen. Ia memajukan bibirnya beberapa senti.
“Aku Cuma bisa japanese sedikit-sedikit tau. Hahaha, Kimi wa kawaii yo~” kata Cherry sambil menyenggol siku Chinen.
“Tapi aku tidak merasa kawaii. Apa aku benar-benar kawaii?” tanya Chinen polos.
“Un! Hontou ni kawaii." Cherry meyakinkan. Chinen tersenyum bangga dan membusungkan dadanya.
“Eh, sudah sore nih. Sebaiknya kita segera pulang. Teman-teman yang lain juga sudah pergi.” Kata Cherry yang membuat Chinen membungkukkan punggunggnya lesu.

“Hei, rumahmu dimana? Pulang bareng yuk?” ajak Chinen.
“Ke arah sana.” Cherry menunjuk ke arah yang berlawanan dengan rumah Chinen.
“Ah, aku juga. Ayo!” Chinen berdusta. Ia hanya ingin lebih mengenal anak baru yang oleh Mizuto-sensei itu dinyatakan duduk di sebelah Chinen. Ia tertarik pada gadis itu. Entahlah. Kenapa ya?
Sepanjang perjalanan mereka bercerita tentang banyak hal. Padahal baru saja bertemu, namun mereka berdua cepat sekali akrab.

“Jadi kau juga suka menyanyi? Aku bisa ballet jazz lho.” Pamer Chinen bangga.
“Wow, hebat! Kudengar kau juga bisa akrobat??” Cherry sepertinya tertarik.
“Yup! Kalau mau aku bisa mengajarimu.” Tawar Chinen sambil tersenyum.
“Aku mau! Sepertinya seru. Janji ya kau mau ajari aku?” jawab Cherry menyodorkan jari kelingking kirinya.
“Tentu!” kata Chinen senang.

“Kau orang yang baik ya.” Kata Cherry memandang teman barunya itu. Chinen terdiam, sesungguhnya ia tersipu.

“Umm.. Cherry-chan, apa aku boleh menjadi sahabatmu?” tanya Chinen kemudian.
“Boleh saja. Kenapa?” Cherry bingung.
“Cherry-chan, mulai saat ini kau adalah ‘sahabat special’ ku ya.” Chinen kembali tersenyum dan menatap Cherry.

“Baiklah. Kita adalah ‘sahabat spesial’.” Cherry balas tersenyum dan menggandeng tangan mungil Chinen.
 Jantung Chinen berdegup kencang ketika menyentuh jemari mungil milik Cherry.

“Cherry-chan, suki desu.”

~owari~

Story 5 : Chatting

Todoroki: Konbanwa, Himenon! Bagaimana harimu tadi? ^^
Himeno: Seperti itulah. Aku tetap tak bisa menyapanya. Malu. Bagaimana denganmu, Todoroki? Ngomong-ngomong jangan panggil aku ‘Himenon’ -_- Kau tau? Diantara teman chattingku, hanya kamu yang memanggilku seperti itu -_-
Todoroki: Biasa saja, tapi cuacanya cerah, jadi bersemangat! ^o^ Ahaha, maaf deh.. habis cocok sih
Himeno: Hm, begitu ya.. 
Todoroki: Ada apa? Kau terlihat tak bersemangat seperti biasanya?
Himeno: etto.. aku bingung apakah aku akan menyatakan perasaanku padanya?
Todoroki : Ya! Harus, daripada stress karena dipendam terus?
Himeno : Umm.. bagaimana ya..? ><””
Todoroki : Ayolah! Hei, dengar, besok aku juga akan menembak gadis yang aku sukai, jadi kita berjuang bersama-sama ya!
Himeno : Hee?? Todoroki punya orang yang disukai?? :O
Todoroki : Tentu saja, kau pikir aku ini apa?? -__-
Himeno : Ummmmmmm… Yosh! Baiklah! Aku akan mengatakannya! >o<
Todoroki : Nah, begitu dong! Kita sama-sama berusaha ya! Tenanglah, aku selalu mendukungmu! Himenon juga dukung aku ya! >w<
Himeno : Siip! Umm.. dan tolong berhenti memanggilku dengan ‘Himenon’ ! >,<
Todoroki : Tidak apa-apa kan? Hahaha ^^ Sudah dulu ya, ja mata ne!

Hotaru membereskan laptopnya dan segera pergi tidur. Ia tidak sabar menunggu hari esok.
Hari dimana ia akan mengeluarkan seluruh keberanian untuk menyatakan perasaannya pada Morimoto Ryutaro, senpainya, orang yang disukainya sejak dulu.

Selama ini Hotaru hanya bercerita tentang Ryutaro pada Todoroki, teman chattingnya, walaupun ia tak menyebut nama. Todoroki selalu mendukung Hotaru dalam hal apapun.

Siang hari berikutnya ketika jam istirahat, Hotaru memberanikan diri menemui Ryutaro di gedung kelas 3.

“Ryutaro? Kalau dia sih sudah lari duluan begitu bel berbunyi.” Kata seorang teman Ryutaro. Hotaru mengangguk lesu.

Harus cari dimana dia? Sekolah ini terlalu luas. Jadi ia hanya duduk termenung di atap sekolah selama beberapa saat, putus asa.

“Hotaru! Ah, ternyata kau disini! Ketemu juga..” kata sebuah suara yang sangat ia kenal dari arah pintu.

“Ryu-senpai..? kau mencariku..?” kata Hotaru kaget.
“Tentu saja! Aku tak akan rela menghabiskan waktuku untuk mencari orang yang tidak perlu.” Ryutaro tersenyum dan duduk disamping Hotaru.

“Umm.. ada yang ingin kukatakan..” kata mereka berdua bersamaan.

“Ah, kau dulu saja.” Kata Ryutaro. “Tidak, kau duluan saja.” Kata Hotaru.

“Lho.. Eh..?” gumam Ryutaro sambil melirik ponsel Hotaru.
“Ada apa senpai?” Hotaru bingung dan mengambil ponselnya.
“Itu..” desis Ryutaro terkejut dan menunjuk stiker di ponsel Hotaru. Gambar mahkota putih dengan label ‘Hime’. “Jangan-jangan kamu.. Himenon?!” jerit Ryutaro tersipu.

“Ehh??!! Todoroki??” jerit Hotaru kemudian. Hei, hanya Todoroki yang memanggilnya seperti itu!

“Jadi, siapa gadis yang akan kau tembak itu, senpai?” tanya Hotaru penasaran.

“Ah.. itu..” jawab Ryutaro gugup. Ia tersipu dan memandang gadis di hadapannya itu.

~owari~

Love Stories –END-


Comment are love :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar